Meskihanya mencetak daun, namun ecoprint tak semudah kita menjiplak daun dalam sebuah kertas. Karena tidak semua media, terutama kain bisa dibuat untuk ecoprint. Jadi kain yang bagus untuk ecoprint adalah kain yang sifatnya mudah menyerap, seperti: katun, sutra, atau kanvas . Katun memiliki jenis bermacam-macam.
Perkembangan industri di era modern seperti saat ini memunculkan keresahan terhadap kelestarian alam. Melihat efek tersebut membuat sebagian orang mulai beralih pada produk-produk yang lebih alami dan ramah lingkungan. Kini mulai banyak UKM yang memerhatikan aspek ramah lingkungan ini pada produk yang dijualnya. Baik itu kemasan yang digunakan hingga barang yang dijualnya itu sendiri. Bahkan, tak sedikit UKM yang memerhatikan unsur ramah lingkungan ini mulai dari bahan yang dipilih, proses pembuatan, hingga produk tersebut kepedulian terhadap produk yang alami dan ramah lingkungan ini juga mulai membuat teknik ecoprint diminati banyak orang. Teknik ecoprint sendiri adalah teknik pewarnaan pada kain dengan menggunakan bahan-bahan mengenal teknik ecoprint lebih jelas, simak rangkuman dari berikut ini yuk!Mengenal Teknik Ecoprint untuk Menghias Kain dengan AlamiYoutube/howdowehumanSeperti namanya 'eco', teknik ini mengambil bahan-bahan dari alam sebagai bahan utamanya. Proses pembuatannya pun dilakukan secara alami tanpa bahan kimia yang terlibat di pewarnaan ini pada dasarnya pembuatannya menggunakan kontak langsung antara kain dengan daun atau bunga. Daun atau bunga tersebut yang akan memberikan motif pada kain putih yang digunakan. Warna yang dihasilkan akan bergantung pada jenis daun atau bunga yang menggunakan metode tertentu, bentuk dan warna dari daun ataupun bunga yang digunakan akan tercetak ke kain. Agar warna alami dari daun atau bunga tidak pudar, digunakan air tawas di proses akhir pembuatannya. Sehingga seluruh bahan pembuatan ecoprint hanya menggunakan bahan Kain yang Biasa Digunakan untuk Teknik EcoprintYoutube/howdowehumanTeknik ecoprint menggunakan bahan alami sebagai pewarnanya. Oleh karena itu, kain yang digunakan pun akan lebih bagus hasilnya jika menggunakan kain berserat alami. Ada dua kelompok kain berdasarkan material Kain kelompok selulosaPexels/Engin AkyurtKain kelompok selulosa adalah kain yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kain kelompok selulosa ini antara lain adalah kain katun, rami, linen, goni, dan kulit yang biasa digunakan untuk teknik ecoprint dengan hasil yang lebih baik adalah kain katun dan rami. Kedua kain ini dapat menyerap ekstrak daun atau bunga dengan baik sehingga terlihat lebih maksimal hasil Picks2. Kain kelompok proteinPexels/Engin AkyurtKain kelompok protein adalah kain yang seratnya berasal dari hewan. Beberapa kain dari kelompok diantaranya ada kain sutra, wol, hingga kulit binatang. Kain kelompok protein yang memiliki hasil yang bagus untuk teknik ecoprint adalah kain sutra dan Teknik Ecoprint yang Biasa DigunakanYoutube/howdowehumanBerbicara tentang teknik ecoprint, setidaknya ada tiga teknik yang biasa digunakan untuk menciptakan motif pada kain. Ketiga teknik tersebut tetap dilakukan secara alami dengan mempertahankan penggunaan bahan serta proses yang Teknik pounding dengan menggetok kain hingga bentuk daun atau bunga munculYoutube/sanggarkayonTeknik pounding adalah teknik ecoprint yang menggunakan metode getok agar ekstrak daun atau bunga keluar dan tercetak ke permukaan mengeluarkan ekstrak atau getah hingga tercetak pada kain, dibutuhkan sekitar 15 menit menggetok kain beserta daun atau bunga yang sudah motif terbentuk, kain direndam di air tawas selama beberapa menit lalu dijemur hingga kering tanpa memeras kain. Lalu dibilas sekali lagi dengan air tawas agar motif tidak luntur saat Teknik steaming dengan merebus kain untuk memunculkan warna ke kainYoutube/howdowehumanTeknik steaming juga bisa menjadi pilihan dalam pembuatan ecoprint. Teknik ini membutuhkan perebusan kain agar motif bisa terbentuk sempurna di diperlukan dalam menggunakan teknik ini adalah kain, daun atau bunga, batang balok atau pipa logam, benang, dan daun atau bunga ke kain hingga seluruh bagian daun atau bunga menempel secara sempurna ke kain. Lalu gulung dengan menggunakan batang kayu atau logam tadi dan ikat dengan menggunakan tali. Kemudian, kukus selama beberapa kain dikukus maka kain harus dikeluarkan dan didiamkan selama minimal 20 menit agar motif betul-betul menempel. Setelah dingin, lepas benang ikatan di kain dan kain harus dijemur hingga Teknik ecoprint dengan fermentasi daun untuk kain sutraYoutube/howdowehumanJika kain yang digunakan adalah kain sutra maka cara yang digunakan lebih baik adalah memfermentasi daun terlebih direndam menggunakan air cuka selama beberapa menit kemudian barulah diletakan ke atas kain. Setelah itu, barulah kain dipukul beberapa kali menggunakan palu atau benda keras lainnya hingga terlihat pola daun yang tercetak ke teknik ecoprint untuk menghias kain bisa dilakukan sendiri di rumah. Bahan-bahan yang diperlukan sangat sederhana dan bisa dimanfaatkan dari lingkungan sekitar. Selain ramah lingkungan, teknik ini juga dapat menghemat biaya namun memiliki nilai jual yang jugaSering Pakai Masker Kain? Cara Ini Bisa Cegah Timbulnya Masalah KulitHemat Banget! Tutorial Membuat Masker Kain dari Kaos Bekas di Rumah5 Tips Membersihkan Kain yang Terkena Noda Haid
DharmaWanita Universitas Negeri Semarang (UNNES) dilatih membuat Ecoprint dari bahan alami (daun dan bunga). Herlina SPd sebagai narasumber menyampaikan, Pada prinsipnya ecoprint ini teknik memindahkan corak dan warna alami dari daun maupun bunga ke kain, sesuai dengan motif dan warna yang kita inginkan, Rabu (8/10) di LP2M kampus UNNES Sekaran Gunungpati.
Eco printing merupakan salah satu teknik perwarnaan dan pemberian motif pada kain dengan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan. Bahan tersebut berasal dari tumbuhan seperti kulit batang pohon, daun, bunga atau bagian tumbuhan lainnya yang mengandung pigmen warna. Bagian tumbuhan yang sering digunakan untuk ecoprint diantaranya yaitu daun jati, daun kelor, daun jarak dan lain sebagainya. Sumber bahan-bahan alami dalam pembuatan kain ecoprint menghasilkan warna dan corak yang berbeda meskipun menggunakan jenis daun atau bunga dari tumbuhan yang sama. Hal ini dikarenakan beberapa faktor dan salah satunya adalah teknik eco printing yang digunakan. Jika dilihat dari cara printing atau pembuatan motifnya, teknik eco printing dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitua. Teknik Pounding DipukulSumber printing merupakan teknik pembuatan motif pada kain dengan cara dipukul. Proses pengerjaan kain ecoprint dengan teknik pounding ini sangat sederhana sehingga banyak yang menggunakan cara ini untuk membuat kain ecoprint. Teknik pounding printing dilakukan dengan meletakkan beberapa bunga atau daun di atas kain, kemudian memukulnya menggunakan menghasilkan hasil eco print yang maksimal, berikut beberapa kain yang akan diwarnai, kertas untuk alas, palu, tawas serta beberapa bagian tumbuhan yang mengandung pigmen-pigmen kertas diatas permukaan lantai untuk melindungi kain agar tidak kotor, kemudian letakkan kain bagian tumbuhan yang telah disiapkan di atas kain dan di tata sedemikian rupa supaya menghasilkan motif yang indah. Tutup dengan sisa kain tersebut atau bisa dengan kain pukul-pukul dibagian kain yang terdapat bunga atau daun supaya mengeluarkan warna secara selesai memukul, biarkan selama 15 menit kemudian kain baru bisa dibuka dan dibersihkan dari daun atau bunga yang menempel. Diamkan kain tersebut selama 2-3 hari supaya warna meresap dengan dibilang pada air yang telah dicampur tawas tanpa perlu diperas langsung kering, kain direndam lagi dengan air tawas selama satu jam agar warna tidak luntur saat dicuci. Sampai disini produk ecoprint sudah siap Teknik Steaming DikukusSumber dengan namanya, untuk menghasilkan jejak daun atau bunga pada teknik steaming pengukusan ini dilakukan dengan cara mengukus lembaran kain yang sudah ditempeli berbagai ornamen tumbuhan. Untuk membuat kain eco printing dengan teknik steaming atau pengukusan, ikuti langkah-langkah berikut iniSiapkan kain polos yang akan di warnai, kemudian celupkan kedalam air yang sudah dicampur cuka dengan perbandingan 3 kain tersebut ke permukaan yang rata, lalu letakkan beberapa helai daun atau bunga di atas potongan bahan kain tersebut secara yakin dengan motif yang akan dibuat, kemudian lipat kain menjadi dua bagian sama sepotong pipa kecil dibagian bawah kain kemudian gulung secara perlahan supaya desain yang dibuat tidak rusak. Lilitkan benang atau tali di sepanjang gulungan kain untuk menahan posisinya agar tidak gulungan kain tersebut selama dua jam agar pigmen pada tumbuhan keluar secara sempurna dan menghasilkan warna yang kain yang telah dikukus dan lepas ikatan tali atau benang yang terdapat pada kain tersebut. Bahan kain yang telah diwarnai tersebut siap Teknik Fermentasi DaunSumber kedua jenis teknik diatas, eco printing juga bisa dilakukan dengan menggunakan teknik fermentasi daun. Berikut beberapa langkahnyaKumpulkan daun, bunga atau bagian tumbuhan lainnya yang mengandung pigmen pewarna alami kemudian rendam di air cuka supaya warna dari bagian tumbuhan tersebut bisa terlihat dengan direndam beberapa saat, daun atau bunga ditata diatas permukaan kain yang telah dibentangkan dipermukaan yang rata kemudian ditutup dan dipukul dengan palu atau benda lihat hasilnya dan kain ecoprint pun siap sederhana bukan? Nah, untuk sahabat bahankain yang ingin mencoba ketiga teknik tersebut, tapi belum menemukan jenis bahan kain yang cocok, Sahabat bisa melihat koleksi kain kami Disini ya. Dapatkan beragam pilihan kain mori dan putihan berkualitas dengan harga termurah hanya di Untuk kebutuhan ecoprint Kalo masih belom yakin dengan pilihannya, Sahabat bisa langsung hubungi customer service kami via whatsapp yaa. Follow juga intagram kami di bahankaincom untuk update produk terbaru, tips serta info seputar dunia tekstil lainnya. Ada testimoni juga lho Sobat. KAIN MORI PRIMA 2 BCMau belanja via shopee dan tokopedia juga bisa banget nih, langsung klik aja link di bawah ini yaa.
TEMPOCO, Jakarta - Kelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) melakukan program pelatihan pembuatan batik ecoprint kepada ibu-ibu yang tergabung dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dusun Padakan Tegalarum Gatak, Janti, Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu, 30 Juli 2022.
Batu - Kain yang diwarna dengan teknik ecoprint memiliki motif unik dan berharga tinggi. Daun, bunga dan kayu dijadikan bahan untuk ecoprint. Haragnya bisa menyamai harga batik tulis. Ecoprint jelas Sugeng Pribadi adalah Teknik memberi warna dan corak motif pada kain, kulit atau bahan lainnya dengan menggunakan bahan alami. Bahan alami yang digunakan berasal dari tanaman meliputi beragam jenis daun, bunga, kayu, atau bahan tanaman lainnya yang memiliki corak dan warna yang Pribadi, pemilik Redsoga Kedaikadu Art Shop yang beralamat di Jl. Patimura Gang 5 No 30 Kota Batu Jawa Timur mengembangkan ecoprint sejak 2016 dengan ekstrak daun ke media kain, kulit domba atau kulit sapi. Menurut Sugeng, daun yang bisa digunakan adalah yang mempunyai tekstur dan klolofil tinggi serta bahan-bahan yang mempunyai tanin yang kuat, untuk budidaya tanaman bahan pembuatan ecoprint, Sugeng menanamnya di sekitar halaman rumahnya yang sekaligus juga sebagai galeri. “Sifat daun itu sendiri ada tiga macam, menyerap warna, mentransfer warna dan menutup warna, contohnya daun jarak, daun lanang, cinadol, katul,” katanya. Menurutnya ada 2 dua teknik pembuatan ecoprint, yaitu teknik pukul atau pounding dan teknik kukus atau steam. Sugeng menjelaskan teknik pukul atau pounding dilakukan dengan cara meletakkan daun-daun di atas kain atau bahan lain kemudian ditutup dengan lapisan kain atau blangket. selanjutnya dipukul pelan-pelan secara langsung menyesuaikan bentuk daun atau alur daun secara perlahan menggunakan alat dari bahan kayu atau besi sebagai alat pemukulnya. Apabila menggunakan besi harus pelan tidak terlalu keras atau cepat untuk menghindari kain agar tidak berlubang. “Setelah semua selesai kemudian kain penutup daunnya di buka dan daun-daun bekas tadi bisa untuk pupuk atau media tanam itulah bentuk ekologi,” selesai kemudian diangin-anginkan selama 3 hari, proses selanjutnya adalah penguncian warna supaya tidak pudar atau luntur dengan dicelupkan ke dalam air kapur, bisa juga air tawas atau air tunjung selama 5 menit kemudian diangin-anginkan lagi selama 3 hari baru dicuci dengan detergen, dapat juga dengan air yang mengandung garam karena dapat memunculkan nutrisi yang JUGABuatlah Petani TersenyumSulsel Miliki Science Techno Park, Ada Teknologi PertanianMentan SYL Bagikan 10 Ribu Bibit Pisang Kultur JaringanMentan SYL Bantu Kurban Bencana NTT dan Ambil Langkah Pengamanan Produksi PanganPanen Padi Inpari IR Nutri Zinc di Kulon Progo Dihadiri Komisi IV DPR RIPengunci warna juga bisa merubah warna, seandainya kita ingin warna yang cerah menggunakan air tawas, untuk yang lembut menggunakan air kapur, sedangkan warna gelap dengan air tunjung. Jenis kain yang bisa dipakai berbahan katun, sutra, wool, sedangkan kain yang mengandung polyester tidak bisa digunakan karena tidak mempunyai daya yang kedua adalah kukus atau steam, sebelum kain digunakan harus di mordanting dahulu, atau dinetralisir menggunakan air tawas. Lebih lanjut Sugeng menjelaskan, “1 sendok makan air tawas dicampur dengan 1 liter air biasa kemudian diaduk, selanjutnya bahan bakunya baik itu kain, kulit, direndam selama 1 satumalam,” katanya. Fungsinya untuk menetralisir kain yang dari pabrik karena mengandung unsur kimia, lilinnya, dan juga juga untuk membuka pori-pori kain supaya klorofil mudah masuk ke pori-pori kain, setelah itu diangin-anginkan selama 1satu hari baru bisa lanjut Sugeng menjelaskan sebelum kain di proses kukus atau steam harus dicelukan dulu ke air tawas, air kapur, bisa air tunjung. Dalam kondisi agak basah kemudian tempeli daun-daun dengan motif yang dikehendaki, pastikan komposisinya, motifnya, sesuaikan dengan kebutuhanya, baru diatasnya tutup dengan kain atau blangket, bisa yang berwarna ataupun polos, setelah itu dilipat atau digulung dengan batang kayu lantas diikat dengan menggunakan tali benang atau tali rafia sesuai dengan besar kecilnya tempat mengukus yang dimiliki kurang lebih selama 2 setelah didinginkan adalah diambil daun-daunnya yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk atau media tanam sehingga ramah lingkungan, kemudian diangin-anginkan tidak boleh terkena sinar matahari langsung selama 3 hari, langkah terakhir dilakukan pengunci warna untuk menghindari luntur atau pudar warna 5 TahunDengan menggunakan merk produk Redsoga Ekoprint produk ini bisa bertahan sampai 5 tahun yang diaplikasikan dalam bentuk bahan kain, tas, dompet, sepatu kulit, jilbab, pashmina dan bentuk cendera mata lainnya. “apabila menggunakan daun jati untuk mentransfer warna merah menggunakan air kapur, warna ungu menggunakan air tunjung, dan bila menginginkan warna ping menggunakan air tawas, “ imbuhnya. Menurut Sugeng motif unik mengunakan jenis daun lanang dan daun jarak merah, hal ini karena bentuknya artistik apalagi ada bekas dimakan ulat, sedangkan daun lanang warnanya menarik dan pekat, kadang bisa kuning , kadang juga SMA Negeri Batu yang juga seorang pemahat atau pematung yang belajar ecoprint secara otodidak menjelaskan alasannya bergeser keecoprint adalah bentuk kontribusi saja. “Seni murni difaktor ekonominya untuk keseharian tidak dapat memenuhi, karena lama, lakunya lama, harganya tidak terjangkau dan orang-orang tertentu saja memahami seni murni, tapi kalau dihandycraf orang paham dan terjangkau harganya serta kebutuhan pariwisata sebagai salah satu daya tariknya,” ecoprintnya sudah merambah ke beberapa negara diantaranya, Hongkong, Prancis, Australia serta Jepang, sedangkan pasar dalam negeri sepertinya belum banyak yang tertarik hal ini barangkali kurang mensosialisasikan bahwa ecoprint produk ramah lingkungan sedangkan bahan dari sekitar kita untuk itu penting selalu mengedukasi atau pelatihan karena masih jarang mengetahui, dimana, pangsa pasarnya, sebesar apa peminatnya, harganya serta prosesnya. “ untuk bahan kain 450 ribu dan apabila sudah menjadi baju harga bisa 600 ribu sedangkan bahan kain sutra bisa 5 juta,”imbuhnya. Hal ini dirasakan wajar karena produk ecoprint secara teknik memang perlu orang yang benar-benar mempunyai ketrampilan mengingat produk ecoprint mempunyai karakteristik tidak bisa memproduksi motif atau desain yang sama meskipun prosesnya sama, hal ini dikarenakan karakter daun tentunya berbeda-beda, secara teknis sederhana tetapi proses menunggnya yang memakan waktu penghargaan telah Sugeng dapatkan diantaranya Peraih penghargaan terbaik ke 2 dalam rangka peringatan hari peduli sampah nasional Kota Batu Tahun 2021 kategori pengolahan sampah kriteria individu, Sebagai pengisi workshop peringatan hari peduli sampah nasional dari Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Timur tahun 2020, berpartisipasi dalam Sowan The Spirit Of East Java sasto Painting Exhibition, Hungary Sahabat Setia SINAR TANI bisa berlangganan Tabloid SINAR TANI dengan KLIK LANGGANAN TABLOID SINAR TANI. Atau versi elektronik e-paper Tabloid Sinar Tani dengan klik
Prosespengerjaan kain ecoprint dengan teknik pounding ini sangat sederhana sehingga banyak yang menggunakan cara ini untuk membuat kain ecoprint. Teknik pounding printing dilakukan dengan meletakkan beberapa bunga atau daun di atas kain, kemudian memukulnya menggunakan palu.
MALANG - Ecoprint merupakan salah satu jenis teknik mencetak yang dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi kerusakan lingkungan serta ekosistem akibat limbah kimia pabrik tekstil. Teknik itu pula yang dilakukan oleh dosen Universitas Muhammadiyah Malang UMM, Wehandaka Pancapalaga. Bersama lima mahasiswa Fakultas Pertanian Pertenakan FPP, dia mengembangkan ecoprint dengan memanfaatkan mangrove. Menariknya, mereka bisa menciptakan berbagai produk seperti tas, pakaian, hingga sepatu dari teknik pewarnaan ini muncul pada 2019 saat melakukan uji coba terhadap penelitian yang sudah dilakukan. Sebagaimana diketahui, mangrove bisa dijadikan zat pewarna alami untuk ecoprint. "Sebab itu, penelitian yang dilakukan sangat rinci, mulai dari pemilihan bahan hingga proses produksi. Hal itu berefek pada produk yang bagus dan bermanfaat bagi masyarakat," kata hasil dari ekstrak mangrove tidak mudah luntur sehingga bagus untuk pewarna. Adapun sistem yang digunakan melalui mesin pengukus atau steam yang yang tingkat panasnya lebih terjamin. Dengan demikian, warna yang dihasilkan juga lebih merata. Kemudian suhu yang digunakan ada pada rentang 75 derajat celsius dan dikukus selama dua jam. Apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi, kulit yang digunakan untuk ecoprint akan rusak. Sementara itu, kalau suhunya terlalu rendah, warna daun dan bunga tidak akan bisa melekat pada kulit. Wehandaka mengatakan, pihaknya sangat serius mendalami penelitian, termasuk mengenai pemilihan jenis mordan. Pihaknya telah mencoba berbagai cara mulai dari mordan tawas, kapur, dan tunjung. Hasilnya, mordan tawas memberikan hasil yang lebih maksimal dan cocok dengan bahan alami yang digunakan. Sementara itu, kulit yang digunakan untuk teknik ini adalah domba samak jenis crust. Pemilihan ini tak lepas dari kelebihannya yang lebih lentur dan tidak mudah luntur. Menurut dia, saat ini penelitian ecoprint timnya sedang proses didaftarkan untuk paten sederhana. Namun sembari menunggu, pihaknya juga mengabadikannya dalam beberapa event seperti program matching fund bersama UMKM Bululawang Malang. Hasilnya, masyarakat sangat antusias untuk memproduksi ecoprint tersebut karena di Desa Bululawang banyak perajin kulit yang masih monoton menggunakan warna hitam bersama tim berharap agar penelitian mengenai ecoprint dapat diterima baik oleh masyarakat. Mereka memiliki tujuan untuk membantu pengrajin kulit agar bisa lebih kreatif. "Utamanya dalam hal warna, teknik, dan cara yang lebih ramah lingkungan," jelas dia. Selanjutnya, dia sedang mencoba mengombinasikan antara ecoprint dan ukiran. Ini bertujuan agar hasil akhirnya akan seperti daun yang nampak timbul. Dengan demikian, akan semakin terlihat menarik dan bagus.
Selainitu, ia juga menanam tumbuh-tumbuhan sendiri untuk bahan ecoprint di pekarangan depan rumahnya. "Untuk daun yang digunakan sebagai motif itu ada daun jati, daun lanang, daun jarak dan bunga kamboja," imbuhnya. Tak disangka, usaha yang ia tekuni ini sudah sampai keluar negeri. Seperti Hongkong dan Malaysia.
- Ecoprint merupakan teknik mencetak kain motif ramah lingkungan yang mulai banyak dikenal di Indonesia. Bahan yang digunakan untuk menggunakan ecoprint ini pada dasarnya sama dengan teknik cetak harus menyiapkan media cetaknya, pewarna, dan bahan untuk menghasilkan motif cetakan yang diinginkan. Meski terlihat sederhana, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat membuat ecoprint, terlebih bila baru pertama kali. Mahyal Aini, pemilik usaha Hand Made Soap Bukit Lawang sekaligus ecoprint membagikan lima tips membuat ecoprint sendiri di rumah, seperti berikut ini. 1. Pakai katun atau sutra Jenis kain katun dan sutra paling direkomendasikan Aini bila ingin menghasilkan cetakan yang rapi. Sebab, dua jenis kain tersebut sangat halus sehingga membuat hasil cetakannya sempurna, baik warna maupun teksturnya. Baca juga Cegah Luntur, Begini Mencuci dan Menyetrika Kain Batik Tulis Jangan Salah, Ini Cara Benar Menyimpan Kain Batik Tulis 2. Boleh pakai media selain kain Tak harus kain, Aini juga merekomendasikan alat ecoprint lainnya, bisa kamu ikuti saat membuat karya ini di rumah. Beberapa media untuk ecoprint yang disarankan Aini adalah kertas, gelas tanah liat, dan kulit untuk sepatu atau tas. Menurutnya, selama alat tersebut masih ramah lingkungan dan bisa dicetak, tak masalah bila digunakan untuk membuat ecoprint. 3. Gunakan tumbuhan bertekstur halus shutterstock/Ericko Banen Wijanarko Ilustrasi kain dengan teknik cetak ecoprint. Bagian tumbuhan berupa daun, ranting, dan bunga, paling sering digunakan untuk menghasilkan motif demikian, Aini mengatakan, tidak semua tanaman bisa dipakai untuk membuat ecoprint. "Tekstur daun yang bagus biasanya lembut. Kalau ada bulu biasanya gak bisa, tetapi balik lagi eksperimen, selama ini saya gak bisa buatnya, kalau coba method lain mungkin bisa," kata Aini saat ditemui dalam rangka Familiarization Trip Ekowisata oleh DESMA Center, proyek pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada Jumat 23/9/2022. 4. Jangan biarkan kain mengering Baik kertas maupun kain, media ecoprint akan ditutup kain sebelum digulung dan dikukus untuk mengeluarkan warna alami. Kain yang digunakan harus direndam air kapur sirih terlebih dulu. Bila menggunakan pewarna, bisa direndam dengan pewarna alami selama 30 menit. Penting untuk memerhatikan tekstur kain sebagai penutup medianya. Jangan menggunakan kain yang terlalu kering. Setelah direndam, cukup peras dan biarkan sebentar, lalu taruh di bagian atas kain atau kertas yang digunakan. Bila tekstur kain terlalu kering, pewarna alami dan warna yang dihasilkan kain sulit untuk keluar. Baca juga Tips Merawat dan Memilih Kain Ulos, Tidak Bisa Sembarangan Ternyata, Lidah Buaya Bisa Dijadikan Bahan Kain, Ini Manfaatnya 5. Bungkus kain dengan plastik Pengukusan menjadi proses akhir membuat ecoprint. Selain kukusannya harus panas, kain atau kertas juga harus diikat dan dialasi plastik terlebih dulu. "Gulungnya usahakan jangan terlalu kencang. Dikasih tali, diikat, dan dikukus selama dua jam. Nanti warnanya keluar," ujar Aini. "Setelah diikat harus dikasih plastik lagi karena pas pengukusan uap air akan menetes dan melebar ke mana-mana," tambahnya. Baca juga Tampil Gaya dengan Tas Kulit Berhias Kain Tenun, Mau? Keindahan Kain Nusa Tenggara dalam Gaya Resort Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
. b4do926z7w.pages.dev/156b4do926z7w.pages.dev/228b4do926z7w.pages.dev/468b4do926z7w.pages.dev/97b4do926z7w.pages.dev/368b4do926z7w.pages.dev/116b4do926z7w.pages.dev/330b4do926z7w.pages.dev/443
jenis bunga untuk ecoprint